renunganku!

SENYUMMU ADALAH SENYUMQ

Rabu, 19 Desember 2012

Pendidikan Dalam Era Industri


BAB II
PEMBAHASAN

A.        Latar Belakang Munculnya Dunia Industri
1.         Sejarah munculnya dunia industri
Revolusi Industri merupakan periode antara tahun 1750-1850 di mana terjadinya perubahan secara besar-besaran di bidang pertanian, manufaktur, pertambangan, transportasi, dan teknologi serta memiliki dampak yang mendalam terhadap kondisi sosial, ekonomi, dan budaya di dunia. Revolusi Industri dimulai dari Britania Raya dan kemudian menyebar ke seluruh Eropa Barat, Amerika Utara, Jepang, dan akhirnya ke seluruh dunia.
Revolusi Industri menandai terjadinya titik balik besar dalam sejarah dunia, hampir setiap aspek kehidupan sehari-hari dipengaruhi oleh Revolusi Industri, khususnya dalam hal peningkatan pertumbuhan penduduk dan pendapatan rata-rata yang berkelanjutan dan belum pernah terjadi sebelumnya. Selama dua abad setelah Revolusi Industri, rata-rata pendapatan perkapita negara-negara di dunia meningkat lebih dari enam kali lipat. Seperti yang dinyatakan oleh pemenang Hadiah Nobel, Robert Emerson Lucas, bahwa: "Untuk pertama kalinya dalam sejarah, standar hidup rakyat biasa mengalami pertumbuhan yang berkelanjutan. Perilaku ekonomi yang seperti ini tidak pernah terjadi sebelumnya".
Inggris memberikan landasan hukum dan budaya yang memungkinkan para pengusaha untuk merintis terjadinya Revolusi Industri. Faktor kunci yang turut mendukung terjadinya Revolusi Industri antara lain: (1) Masa perdamaian dan stabilitas yang diikuti dengan penyatuan Inggris dan Skotlandia, (2) tidak ada hambatan dalam perdagangan antara Inggris dan Skotlandia, (3) aturan hukum (menghormati kesucian kontrak), (4) sistem hukum yang sederhana yang memungkinkan pembentukan saham gabungan perusahaan (korporasi), dan (4) adanya pasar bebas (kapitalisme).
Revolusi Industri dimulai pada akhir abad ke-18, dimana terjadinya peralihan dalam penggunaan tenaga kerja di Inggris yang sebelumnya menggunakan tenaga hewan dan manusia digantikan oleh penggunaan mesin yang berbasis menufaktur. Periode awal dimulai dengan dilakukannya mekanisasi terhadap industri tekstil, pengembangan teknik pembuatan besi dan peningkatan penggunaan batubara. Ekspansi perdagangan turut dikembangkan dengan dibangunnya terusan, perbaikan jalan raya dan rel kereta api. Adanya peralihan dari perekonomian yang berbasis pertanian ke perekonomian yang berbasis manufaktur menyebabkan terjadinya perpindahan penduduk besar-besaran dari desa ke kota, dan pada akhirnya menyebabkan membengkaknya populasi di kota-kota besar di Inggris.


2.         Perkembangan dunia industry
a. Perkembangan menuju revolusi industri
Pada akhir abad Pertengahan kota-kota di Eropa berkembang sebagai pusat kerajinan dan perdagangan. Warga kota (kaum Borjuis) yang merupakan warga berjiwa bebas menjadi tulang punggung perekonomian kota. Mereka bersaing secara bebas untuk kemajuan dalam perekonomian. Pertumbuhan kerajinan menjadi industri melalui beberapa tahapan, seperti berikut:
·         Sistem Domestik
Tahap ini dapat disebut sebagai tahap kerajinan rumah (home industri). Para pekerja bekerja di rumah masing-masing dengan alat yang mereka miliki sendiri. Bahkan, kerajinan diperoleh dari pengusaha yang setelah selesai dikerjakan disetorkan kepadanya. Upah diperoleh berdasarkan jumlah barang yang dikerjakan. Dengan cara kerja yang demikian, majikan yang memiliki usaha hanya membayar tenaga kerja atas dasar prestasi atau hasil. Para majikan tidak direpotkan soal tempat kerja dan gaji.
·         Manufaktur
Setelah kerajinan industri makin berkembang diperlukan tempat khusus untuk bekerja agar majikan dapat mengawasi dengan baik cara mengerjakan dan mutu produksinya. Sebuah manufaktur (pabrik) dengan puluhan tenaga kerja didirikan dan biasanya berada di bagian belakang rumah majikan. Rumah bagian tengah untuk tempat tinggal dan bagian depan sebagai toko untuk menjual produknya. Hubungan majikan dengan pekerja (buruh) lebih akrab karena tempat kerjanya jadi satu dan jumlah buruhnya masih sedikit. Barang-barang yang dibuat kadang-kadang juga masih berdasarkan pesanan.
·         Sistem pabrik
Tahap sistem pabrik sudah merupakan industri yang menggunakan mesin. Tempatnya di daerah industri yang telah ditentukan, bisa di dalam atau di luar kota. Tempat tersebut untuk untuk tempat kerja, sedangkan majikan tinggal di tempat lain. Demikian juga toko tempat pemasaran hasil industri diadakah di tempat lain. Jumlah tenaganya kerjanya (buruhnya) sudah puluhan, bahkan ratusan. Barang-barang produksinya dibuat untuk dipasarkan.

3.         Dampak revolusi industri
a. Ekonomi
Berlangsungnya revolusi industri, memicu terjadinya revolusi dalam sistem perekonomian. Sebelum terjadinya revolusi industri, sebagian besar negara lebih banyak menggantungkan perekonomian pada sektor pertanian.
Perdagangan yang dilakukan masih sangat terbatas dan dalam skala yang masih kecil. Industri-industri yang berkembang di negara-negara Eropa umumnya masih bersifat industri rumahan yang hanya menghasilkan barang dalam jumlah terbatas dan waktu penyelesaian yang cukup lama. Daerah pemasaran pun masih terbatas dan barang yang dihasilkan hanya didasarkan pada pemesanan saja.
Kondisi tersebut berubah dengan cepat setelah terjadinya revolusi industri. Meskipun modal yang harus disediakan cukup besar untuk penggunaan mesinmesin baru dan pabrik-pabrik bila dibandingkan dengan alat-alat sederhana dari masa sebelumnya, akan tetapi produksi barang secara besar-besaran akan memberikan kemungkinan untuk mengurangi biaya yang dikeluarkan dan bahkan mampu meningkatkan keuntungan.
Berkembanglah industri-industri yang pada akhirnya menarik minat sebagian besar penduduk untuk beralih profesi menjadi buruh pabrik. Perpindahan profesi tersebut terutama dilakukan oleh para petani penggarap yang tidak memiliki tanah. Perubahan profesi ini, mereka lakukan dengan harapan untuk dapat meningkatkan derajat kehidupan mereka.
Sejalan dengan revolusi industri, organisasi-organisasi perdagangan yang telah terbentuk sebelumnya seperti EIC, VOC, dan sebagainya mengalami perkembangan.Revolusi industri memberikan pengaruh terbentuknya perusahaan-perusahaan dagang tersebut menjadi perusahaan dengan modal bersama yang tentu saja dengan tanggung jawab terbatas. Pada perkembangan selanjutnya, perusahaan-perusahaan ini akan melahirkan model Trust dan monopoli perusahaan besar.
b. Lahirnya paham-paham baru
Berkembangnya revolusi industri mendorong lahirnya paham-paham baru, yaitu sebagai berikut:
·         Kapitalisme
Kapitalisme adalah paham yang berpendapat bahwa untuk meningkatkan perekonomian, perlu dibangun sektor-sektor industri yang ditunjang dengan modal yang besar. Penguasaan sektor industri tersebut perlu juga didukung dengan ketersediaan sumber bahan baku dan daerah pemasaran yang luas. Aliran ini berkembang setelah terjadinya revolusi industri dan mencapai puncaknya pada abad ke-19. Para kapitalis ini pada akhirnya mendorong perkembangan ekonomi nasional, sehingga dengan cepat Eropa mencapai taraf perekonomian yang sangat tinggi bila dibandingkan dengan negara-negara lainnya di dunia. Ketika bangsabangsa lainnya sedang berada dalam cengkeraman kolonialisme, Eropa pada saat yang sama sedang menikmati kemakmuran yang dihasilkan oleh industrialisasi.
Selain itu, dalam sistem perekonomian, lahirnya golongan kapitalis ini telah mendorong semakin berkembangnya aliran ekonomi liberal. Para kapitalis menuntut agar pemerintah tidak ikut campur tangan terlalu besar dalam kehidupan perekonomian. Perekonomian sepenuhnya diserahkan pada pasar, sehingga akan menggantungkan pada sistem penawaran dan permintaan.

·         Sosialisme
Lahirnya paham sosialisme disebabkan oleh terjadinya kondisi buruk dalam kehidupan sosial kemasyarakatan setelah terjadinya revolusi industri.
Aliran sosialisme sangat menentang hadirnya para kapitalis yang dianggap membawa kesengsaraan bagi rakyat. Para penganut sosialis memimpikan terbangunnya suatu masyarakat tanpa kelas, sehingga semua manusia dapat menikmati kesejahteraan secara bersama. Perkembangan sosialisme untuk pertama kalinya lahir di Inggris dengan tokohnya adalah Robert Owen (1771-1858). Pemikiran-pemikirannya tentang sosialisme dikembangkannya melalui bukunya yang berjudul A View of Society, an Essay on the Formation of Human Character. Tokoh sosialisme lainnya adalah Saint Simon (1760-1825) yang mengemukakan pentingnya peranan kelas pekerja dalam membentuk masyarakat industri.
Paham sosialisme yang bisa diterima oleh kaum kapitalis adalah paham sosalisme yang dikembangkan oleh Pierre Joseph Proudhon (1809-1865). Pandangannya tentang sosialisme yang tertuang dalam karyanya yang berjudul Philosophi de la Misere mengungkapkan pentingnya pembagian hak milik antara individu secara sukarela dan merata tanpa adanya pemaksaan dari pihak manapun termasuk negara.
Sementara paham sosialisme radikal dikembangkan oleh Karl Marx (1818-1883) dan Friedrich Engels. Das Kapital yang merupakan karya dari Marx mendengungkan perlunya perjuangan untuk mewujudkan masyarakat tanpa kelas. Sementara itu, Engels sering mendengungkan semboyan kaum proletar sedunia, bersatulah. Pada akhirnya pemikiran dari tokoh-tokoh sosialisme radikal ini mendorong timbulnya gejolak-gejolak penentangan perluasan kaum
kapitalis dan menginginkan terwujudnya masyarakat tanpa kelas. Bahkan gerakan-gerakan ini pada akhirnya diarahkan untuk mewujudkan suatu Negara yang masyarakatnya tanpa kelas seperti yang terjadi pada revolusi Oktober Rusia 1917. Sosialisme radikal pada akhirnya lebih cenderung bersifat komunis.
·         Sosial
a.       Timbulnya imperialisme modern
Pada awalnya imperialisme dan kolonialisme dikembangkan dengan semangat penaklukan dan kejayaan, bahkan semangat untuk menyebarkan agama Nasrani. Pasca revolusi industri, paradigma imperialisme berubah menjadi lebih bermotifkan ekonomi yang bertumpu pada industrialisasi.
b.      Pada fase awal terjadinya revolusi industri timbul gejolak-gejolak dalam kehidupan masyarakat. Dibukanya industri-industri menimbulkan minat dari masyarakat untuk mengalihkan mata pencahariannya dari bidang pertanian menjadi pekerja industri. Kondisi ini memicu arus urbanisasi yang cukup tinggi di Inggris, sehingga rakyat dari pedesaan berbondong-bondong pindah ke perkotaan untuk menjadi pekerja di sektor-sektor industri yang berada diperkotaan.
Bagi mereka yang sudah mendapatkan pekerjaan di sektor industri, kehidupannya tidak menjadi lebih baik. Kaum kapitalis seringkali menekan para pekerjanya dengan beban kerja yang tinggi demi tercapainya hasil produksi yang tinggi yang akan mendatangkan keuntungan yang lebih banyak. Hal ini tidak diimbangi dengan pemenuhan hak-hak pekerja yang memadai, upah yang sangat rendah, serta tidak diberikannya jaminan kesehatan, perumahan, pendidikan dan kesejahteraan keluarga para buruh. Pada akhirnya, hal ini akan mendorong terciptanya perkampungan-perkampungan kumuh di perkotaan yang disebabkan ketidakmampuan para buruh untuk membangun rumah tinggal yang lebih layak. Kondisi seperti ini juga memicu hadirnya pekerja dari komunitas wanita dan anak-anak.
4. Dunia Industri Masa Kini
Kini persaingan   industri   makin   meningkat, sehingga efisiensi produksi umumnya dianggap sebagai kunci untuk sukses. Efisiensi produksi meliputi area yang luas seperti kecepatan dimana peralatan produksi dan line produksi dapat di set untuk membuat suatu produk, menurunkan biaya material dan upah kerja dari suatu produk, Meningkatkan kualitas dan menurunkan reject, dan meminimalkan downtime dari mesin produksi.
Proses di berbagai bidang industri biasanya sangat rumit dan melalui banyak proses dan subproses. Kesemuanya itu harus dikontrol agar berjalan dengan hasil akhir yang diinginkan. Beberapa puluh tahun yang lalu, pengontrolan di bidang industri masih menggunakan cara konvensional, yaitu dengan menggunakan sangat banyak relai dan membutuhkan dimensi yang luas hanya untuk ruang pengontrolnya saja.
Pada masa itu juga belum ditemukannya cara untuk menyortir produk industri yang mengalami kerusakan pada saat diproses. Dengan adanya kelemahan itu maka akan banyak waktu terbuang jika proses penyortirannya menggunakan cara manual. Dari uraian tersebut maka pada era serba otomatisasi ini, dibutuhkan sistem yang cangih untuk memecahkan persoalan-persoalan yang telah disebutkan. 
Salah satu cara yang dinilai efektif dalam pemecahan masalah distribusi dan menyortir produk industri tersebuat adalah dengan menggunakan programmable logic controller dan penggunaan image processing.





B. Perkembangan Profesionalisme pada Era Industri.
1.      Devinisi profesionalisme
Profesionalisme (profésionalisme) ialah sifat-sifat (kemampuan, kemahiran, cara pelaksanaan sesuatu dan lain-lain) sebagaimana yang sewajarnya ter­dapat pada atau dilakukan oleh seorang profesional. Profesionalisme berasal daripada profesion yang bermakna berhubungan dengan profesion dan memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya, (KBBI, 1994). Jadi, profesionalisme adalah tingkah laku, kepakaran atau kualiti dari seseorang yang profesional (Longman, 1987).
Profesionalisme ditandai dengan kualiti darjat rasa bangga akan profesion yang dipegangnya. Dalam hal ini diharapkan agar seseorang itu memiliki rasa bangga dan percaya diri akan profesionnya.
·         Ciri-ciri profesionalisme
Seseorang yang memiliki jiwa profesionalisme senantiasa mendorong dirinya untuk mewujudkan kerja-kerja yang profesional. Kualiti profesionalisme didokong oleh ciri-ciri sebagai berik:
a.        Keinginan untuk selalu menampilkan perilaku yang mendekati piawai ideal.
Seseorang yang memiliki profesionalisme tinggi akan selalu berusaha mewujudkan dirinya sesuai dengan piawai yang telah ditetapkan. Ia akan mengidentifikasi dirinya kepada sesorang yang dipandang memiliki piawaian tersebut. Yang dimaksud dengan “piawai ideal” ialah suatu perangkat perilaku yang dipandang paling sempurna dan dijadikan sebagai rujukan.
b.       Meningkatkan dan memelihara imej profesion
Profesionalisme yang tinggi ditunjukkan oleh besarnya keinginan untuk selalu meningkatkan dan memelihara imej profesion melalui perwujudan perilaku profesional. Perwujudannya dilakukan melalui berbagai-bagai cara misalnya penampilan, cara percakapan, penggunaan bahasa, sikap tubuh badan, sikap hidup harian, hubungan dengan individu lainnya.
c.  Keinginan untuk sentiasa mengejar kesempatan pengembangan profesional yang       dapat meningkatkan dan meperbaiki kualiti pengetahuan dan keterampiannya.
d. Mengejar kualiti dan cita-cita dalam profesion
Profesionalisme ditandai dengan kualiti darjat rasa bangga akan profesion yang dipegangnya. Dalam hal ini diharapkan agar seseorang itu memiliki rasa bangga dan percaya diri akan profesionnya.
2.      Profesionalisme guru


C. Keahlian dan Sertifikasi di Dunia Kerja dan Pendidikan
a.       Definisi Sertifikasi
Istilah sertifikasi berasal dari bahasa Inggris ’certification’ dengan  yang berarti keterangan, pengesahan, ijazah, sertifikat, brevet, diploma, keterangan. International Institute for Environment Develpoment (IIED), pengertian sertifikasi adalah Prosedur dimana pihak ketiga memberikan jaminan tertulis bahwa suatu produk, proses atas jasa telah memenuhi standar tertentu, berdasarkan audit yang dilaksanakan dengan prosedur yang disepakati.  Sertifikasi berkaitan dengan pelabelan produk untuk proses komunikasi pasar.
Tantangan di era globalisasi dan pasar yang kompetitif menuntut daya tahan dan daya saing sebuah kelompok, komunitas, organisasi dan negara dalam bentuk pengembangan sumber daya manusia sebagai intellectual asset menjadi salah satu faktor yang penting dalam mendukung produktivitas dan keunggulan kompetititf perusahaan. Pengembangan SDM stratejik merupakan tuntutan bagi setiap organisasi untuk menyelaraskan program training dengan strategi organisasi. Selain itu, pengembangan SDM menuntut perpaduan yang sinergik antara aspek pembelajaran (learning) dan aspek kinerja (performance). Untuk itu, pengembangan SDM melalui program training di tempat kerja membutuhkan suatu sarana dan fasilitas yaitu Training Center. Untuk merealiasikan upaya peningkatan pembelajaran dan kinerja, maka diperlukan suatu standar kompetensi profesi khususnya bagi para training manager untuk mengelola training center dalam suatu organisasi. Isu sertifikasi menjadi sangat hangat dibicarakan oleh berbagai kalangan khususnya pihak-pihak yang terlibat dalam proses pembinaan profesi baik pendidikan, kesehatan, keuangan, pemerintahan dan kemasyarakatan. Isu sertifikasi menjadi salah satu cara yang digunakan dalam embangun struktur karir profesional dan pengembangan kualitas atau mutu. Seperti sertifikasi untuk ISO 31000 untuk Risk Management Standard, ISO 2600 untuk Social Responsibility, Standar “Chain Of Custody”, Standar ISO 9001, Standar ISO 14001,  Standar Sustainable Forest Management dan masih banyak lagi.

b.      Sertifikasi profesional
Istilah sertifikasi profesional seringkali digunakan untuk menunjukkan kemampuan atau kualifikasi seseorang berdasarkan atribut atau kriteria yang telah ditentukan oleh sebuah organisasi/badan atau lembaga pengembangan (biasanya sudah terakreditasi). Sebutan ‘sertifikasi’ atau ‘kualifikasi’ tersebut ditetapkan bagi tenaga profesional, sering disebut hanya sertifikasi atau kualifikasi, untuk menjamin kualifikasi dalam melakukan tugas atau pekerjaan tertentu.  Misalnya, pemberian sertifikasi kepada tenaga guru dapat diartikan sebagai suatu proses pemberian pengakuan bahwa seseorang telah memiliki kompetensi untuk melaksanakan pelayanan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu, setelah lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh lembaga sertifikasi. Dengan kata lain, sertifikasi guru adalah proses uji kompetensi yang dirancang untuk mengungkapkan penguasaan kompetensi seseorang sebagai landasan pemberian sertifikat pendidik (UU RI No 14 Tahun 2005 dalam Depdiknas, 2004).
Sertifikasi sangat umum digunakan dalam bidang konstruksi, penerbangan, teknologi, keuangan, lingkungan, sektor industri, bisnis, pendididikan, dan kesehatan. Di Amerika Serikat, Federah Aviation Administration (FAA) mengatur sertifikasi penerbang. Certified Internal Auditor (CIA) merupakan sebuah organiasi berbasis di Amerika mengkhususkan diri dalam penilaian kinerja keuangan internal yang beroperasi di hampir 165 negara. Oragnisasi ini juga melakukan sertifikasi terhadap tenaga audit profesionalnya dalam memperoleh lisensi, dan pengembangan sumber daya manusia. Banyak anggota dari Association of Test Publishers (ATP) juga organisasi sertifikasi.
Sertifikasi yang diperoleh dari masyarakat profesional atau dari vendor sebuah peruhaan. Misalnya, Perusahaan Microsoft, Cisco, Machintos, dll). Secara umum, harus diperbaharui secara berkala, atau mungkin berlaku untuk suatu periode waktu tertentu (misalnya, masa pakai produk di mana seseorang dinyatakan). Sebagai bagian dari pembaharuan sertifikasi lengkap dari individu, itu adalah umum bagi individu untuk menunjukkan bukti belajar secara berkelanjutan.
Program sertifikasi kebanyakan dibuat, disponsori, atau berafiliasi dengan asosiasi profesional, organisasi perdagangan, atau vendor yang tertarik dalam meningkatkan standar. Bahkan beberapa program yang digulirkan benar-benar independen dari organisasi keanggotaan asosiasi . Pertumbuhan program sertifikasi juga merupakan reaksi terhadap perubahan pasar kerja. Sertifikasi dilakukan  oleh beberapa asosiasi profesi, karena mereka tidak bergantung pada definisi satu perusahaan dari suatu pekerjaan tertentu saja tetapi juga kemungkinan digunakan oleh perusahaan lainnya. Sertifikasi diberikan sebagai resume dan referensi profesional yang menunjukkan bahwa seseorang telah layak dan sepadan dengan dukungan pengetahuan, pengalaman dan keterampilan profesional untuk bekerja menurut kode etik tertentu.
Penting untuk dicatat umumnya sertifikasi biasanya diperoleh dari masyarakat profesional atau lembaga pendidikan, bukan pemerintah. Jika demonstrasi kemampuan atau pengetahuan yang diperlukanoleh hukum sebelum diperbolehkan untuk melakukan tugas atau pekerjaan, ini disebut sebagai lisensi. Di Amerika Serikat, lisensi profesional biasanya dikeluarkan oleh lembaga atau badan negara.Penilaian proses sertifikasi untuk beberapa organisasi, sangat mirip atau bahkan sama dengan lisensi dan mungkin hanya berbeda dalam hal status hukumnya saja, sementara di organisasi lain, bisa sangat berbeda dan lebih komprehensif daripada lisensi. sertifikasi dan lisensi hanya berbeda dalam hal status hukum.


c.       Standarisasi Kompetensi
Kompetensi merupakan kemampuan untuk melakukan aktivitas-aktivitas menurut suatu standar dan dengan hasil yang baik, yang diulang-ulang dalam jangka waktu dan situasi yang berbeda. (ILO, Juli 2004). Hakekat kompetensi dalam konteks pelatihan dan pengembangan sebagai berikut: A cluster of related knowledge, skills, and attitudes that affects a major part of ones job, role or responsibility, that correlates with performance on the job, that can be measured against well-accepted standards, and that can be improved via training and development.
Standar kompetensi merupakan ukuran atau patokan tentang pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang harus dimiliki seseorang untuk mengerjakan suatu pekerjaan atau tugas sesuai dengan unjuk kerja yang dipersyarakatkan. Standar kompetensi tidak berarti hanya kemampuan menyelesaikan suatu tugas, tetapi dilandasi pula bagaimana serta mengapa tugas itu dikerjakan. Dengan kata lain, standar kompetensi meliputi faktor-faktor yang mendukung seperti pengetahuan dan kemampuan untuk mengerjakan suatu tugas dalam kondisi normal di tempat kerja serta kemampuan mentransfer dan menerapkan kemampuan dan pengetahuan pada situasi dan lingkungan yang berbeda. Sebuah standar kompetensi merupakan dokumen yang menentukan dalam format yang terstruktur bagaimana orang harus melakukan pekerjaan atau peran kerja. Standar kompetensi mencoba untuk menangkap berbagai dimensi itu, ketika diambil bersama-sama, akun untuk kinerja ‘kompeten’. Dalam hal ini standar kompetensi menentukan peran mengemudi kendaraan ambulans layanan.
Organisasi menggunakan standar kompetensi (a) sebagai kerangka acuan untuk mencalonkan bagaimana mereka mengharapkan pekerjaan atau bekerja peran yang harus dilakukan; dan (b) untuk menilai apakah orang-orang yang kompeten di pekerjaan mereka atau peran kerja.
Ada dua jenis umum standar kompetensi.
·         Standar yang diakui di seluruh negeri dan berfungsi sebagai dasar untuk penilaian dan kualifikasi formal. Ini adalah dikembangkan untuk dan oleh seluruh industri.
·         Standar yang dikembangkan untuk perusahaan tertentu. Ini kadang-kadang disebut ‘in-house standar’.
The American National Standard Institute (ANSI), Standar 1100, mendefinisikan persyaratan memenuhi standar ANSI untuk menjadi sebuah organisasi sertifikasi. Menurut Standar ANSI 1100, sebuah organisasi sertifikasi profesional harus memenuhi dua persyaratan: (1) Memberikan penilaian berdasarkan pengetahuan industri, independen dari kursus pelatihan atau penyedia kursus. (2) Hibah mandat waktu terbatas untuk siapa saja yang memenuhi standar penilaian.
Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) merupakan acuan pemenuhan persyaratan kompetensi yang disusun oleh para tenaga ahli, pelaku usaha, pemerintah dan lembaga pendidikan dan pelatihan tersebut nantinya akan tetapkan oleh pemerintah Indonesia. Pengembangan standar kompetensi kerja nasional dan sertifikasi profesi tenaga kerja sangat diperlukan, sejalan dengan perkembangan dan dinamika perubahan masyarakat dan tenaga profesional untuk memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat. SKKNI memiliki tim penyusun standar kompetensi terdiri dari para para pakar dan masukan dari pelaku usaha (Industri) serta dan lembaga pendidikan dan pelatihan. Sehingga dapat dipastikan standar kompetensi yang disusun dapat sesuai dengan kualifikasi yang dibutuhkan oleh industri dan ekuivalen dan kesetaraan dengan standar relevan yang berlaku pada sektor industri di negara lain bahkan berlaku secara internasional sehingga akan memudahkan tenaga profesi di Indonesia untuk bekerja di tingkat global.
Standarisasi kompetensi dipengaruhi paradigma yang berkembangan dalam era human capital management dalam peningkatan kemampuan dan pengalaman praktis organisasi atau perusahaan dalam bentuk pusat pelatihan (training center) yang telah mengalami perubahan dari cost centre menjadi value center, dan dari training center menjadi learning center. Telah terjadi transformasi dalam pola pengelolaan SDM yang lebih berorientasi pada hasil (outcomes) dan nilai (value). Dalam hal ini, fungsi dan peran Training Manager menjadi strategis dalam organisasi. Posisi Training Manager dalam struktur organisasi disetarakan dengan posisi strategis lainnya dalam suatu organisasi, seperti HRD Group Head dan Training Division Head.
Dalam upaya menjamin pengembangan SDM yang efektif, efisien dan akuntabel maka diperlukan program standarisasi kompetensi dan sertifikasi profesi  di tempat kerja. Sebagaimana dikeluarkannya PP 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan bahwa Pendidik dan Tenaga Kependidikan harus memiliki kualifikasi, kompetensi dan sertifikasi sesuai dengan bidang tugasnya. Dengan adanya standarisasi kompetensi dan sertifikasi bagi pengeloa pelatihan pusat pelatihan (training center), maka akan berdampak positif pada keberhasilan strategi pengembangan SDM. Di samping itu, dunia kerja diharapkan memiliki Training Manager yang memiliki kualifikasi dan kompetensi di bidangnya, yaitu mampu mengidentifikasi masalah dan menemukan alternatif solusi terhadap masalah kinerja serta menyediakan program-program pengembangan SDM yang bermutu dan relevan dengan kebutuhan kinerja.

D. Pola pengembangan karier dan tanggung jawab kerja
1. Pengertian Karir
Karir dalam terminologi organisasi seringkali dikaitkan dengan kemajuan (advanced). Ada beberapa definisi menurut para pakar, menurut Hastho Joko Nur Utomo dan Meilan Sugiarto, para pakar lebih senang mendefinisikan karir sebagai perjalanan pekerjaan seorang pegawai di dalam organisasi. Perjalanan ini dimulai sejak ia diterima sebagai pegawai baru dan berakhir pada saat ia tidak bekerja lagi dalam organisasi tersebut. [1]
Sementara Triton P.B. menyimpulkan definisi karir berdasarkan beberapa pendapat pakar sebagai kronologi kegiatan-kegiatan dan perilaku-perilaku yang terkait dengan kerja dan sikap, nilai dan aspirasi-aspirasi seseorang atas semua pekerjaan atau jabatan baik yang telah maupun yang sedang dikerjakannya.[2] 
Sedangkan pengertian pengembangan karir itu sendiri adalah proses pelaksanaan (implementasi) perencanaan karir. Pengembangan karir pegawai bisa dilakukan melalui dua jalur, yakni melalui pendidikan dan latihan (diklat) dan melalui non diklat. Contoh pengembangan karir melaui diklat misalnya menyekolahkan pegawai, memberi pelatihan. Sementara contoh pengembangan karir melalui non diklat seperti memberi penghargaan kepada pegawai berprestasi, mempromosikan ke jabatan yang lebih tinggi.
3.      Pengembangan Karir
Pengertian pengembangan karir itu sendiri adalah proses pelaksanaan (implementasi) perencanaan karir. Pengembangan karir pegawai bisa dilakukan melalui dua jalur, yakni melalui pendidikan dan latihan (diklat) dan melalui non diklat.
Contoh pengembangan karir melaui diklat misalnya menyekolahkan pegawai (di dalam atau di luar negeri), memberi pelatihan (di dalam atau di laur organisasi), memberi pelatihan sambil bekerja (on the job training).
Sementara contoh pengembangan karir melalui non diklat seperti memberi penghargaan kepada pegawai berprestasi, mempromosikan ke jabatan yang lebih tinggi, menghukum pegawai, merotasi pegawai ke jabatan lain yang setara dengan jabatan semula.[3]
4.      Model Pengembangan Karir
            Menurut Byars dan Rue (2000), pengembangan karir merupakan aktivitas formal dan berkelanjutan yang merupakan suatu upaya organisasi untuk mengembangkan dan memperkaya sumberdaya manusianya dengan menyelaraskan kebutuhan mereka dengan kebutuhan organisasi. Dari perkembangan konsep ini, maka kita mengenal tiga model pengembangan karir, yaitu:
  1. Model siklus hidup (life-cycle model), merupakan pengembangan karir yang sifatnya pasti. Seseorang akan berpindah pekerjaannya melalui perbedaan tahap karir. Dalam model ini peran organisasi sangat besar dalam menentukan karir seseorang.
  2. Model berbasis organisasi, yaitu model pengembangan yang menjelaskan bahwa karir seseorang akan melalui tahap-tahap karir, tetapi di dalam model ini juga dijelaskan bahwa dalam proses pengembangan karir ada proses pembelajaran bagi karyawan untuk memiliki jalur karir yang pasti.
  3. Model pola terarah
Dalam model ini karyawan dibimbing atau diarahkan untuk membuat keputusan sendiri mengenai seberapa cepat mereka menginginkan kemajuan dalam karir mereka.[4]
Ketiga model tersebut berkaitan erat dengan tipe manajemen sebuah organisasi maupun perusahaan. Tiap organisasi memiliki bentuk/system pengembangan karir yang berbeda-beda tergantung kebijakan manajer maupun pimpinan organisasi.














BAB III
KESIMPULAN


[1] Ibid, hal. 123.
[2] Triton P.B., Paradigma Baru Manajemen Sumber Daya Manusia (Yogyakarta : Tugu. 2005), hal. 128
[3] Hastho Joko Nur Utomo dan Meilan Sugiarto, Manajemen, hal. 142
[4] Meika Kurnia dalam www.lmfeui.com. Diunduh  tanggal 10 juni, jam.10. 40 wib

Selasa, 18 Desember 2012

Contoh Usulan Proposal Penelitian Kuantitatif

PENGARUH PEMBERIAN REWARD TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS V MI AL MAARIF SINGOSARI MALANG
Oleh : Zulia Rahmawati

A.           Latar Belakang Masalah
Pembelajaran merupakan suatu proses yang dilakukan secara sadar pada setiap individu atau kelompok untuk merubah sikap dari tidak tahu menjadi tahu sepanjang hidupnya. Sedangkan proses belajar mengajar merupakan kegiatan pokok sekolah yang di dalamnya terjadi proses siswa belajar dan guru mengajar dalam konteks interaktif dan terjadi interaksi edukatif antara guru dan siswa, sehingga terdapat perubahan dalam diri siswa baik perubahan pada tingkat pengetahuan, pemahaman dan keterampilan ataupun sikap. Melalui proses mengajar tersebut akan dicapai tujuan pendidikan tidak hanya dalam hal membentuk perubahan tingkah laku dalam diri siswa, akan tetapi juga meningkatkan pengetahuan yang ada dalam diri siswa.
Dalam pendidikan saat ini, guru seringkali mendapatkan kesulitan dalam pembelajaran. Misalnya: siswa merasa bosan ketika pembelajaran berlangsung karena tidak ada yang membuat semangat dalam pembelajaran tersebut. Hal ini menyebabkan kurang aktifnya siswa dalam kegiatan pembelajaran, apalagi pada pelajaran yang dianggapnya sulit.
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utamanya mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik dalam jalur formal. Guru dalam menjalankan fungsinya diantaranya berkewajiban untuk menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dialogis, dan memberikan motivasi kepada siswa dalam membangun gagasan, prakarsa, dan tanggung jawab siswa untuk belajar.
Untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, maka harus dicarikan solusi. Seorang guru perlu mengembangkan pendekatan dan metode yang lebih bervariatif untuk mengatasi berbagai kesulitan siswa seperti rasa jenuh, bosan, adanya kemungkinan peserta didik kurang mendapat motivasi dari orang tua siswa dalam mendukung anaknya atau faktor lingkungan yang kurang mendukung. Untuk itu, guru harus mencari strategi atau inisiatif agar siswa dapat tertarik atau lebih antusias dalam proses belajara mengajar.
Teori motivasi yang dikemukakan oleh Salvin bahwa motivasi belajar adalah memberikan penghargaan kepada kelompok terhadap personal maupun kelompok yang mampu mengekspresikan ide, pernyataan serta pendapat. Pemberian Perhatian. Pemberian perhatian yang cukup terhadap siswa dengan segala potensi yang dimilikinya merupakan bentuk motivasi yang sederhana, karena banyak yang tidak memiliki motivasi belajar diakibatkan tidak dirasakannya adanya perhatian. Sebagaimana yang dijelaskan Dimyati dan Mudjiono (2002:42) prinsip-prinsip yang berkaitan dengan perhatian dan motivasi pembelajaran yaitu perhatian merupakan peranan penting dalam kegiatan belajar.
Pemberian hadiah dan pujian merupakan reward atau penghargaan atas perilaku baik yang dilakukan anak. Hal ini sangat diperlukan dalam hubungannya dengan minat dan penerapan disiplin pada anak. Reward atau penghargaan memiliki tiga fungsi penting dalam mengajari anak berperilaku yang disetujui secara sosial. Fungsi yang pertama ialah memiliki nilai pendidikan. Yang kedua, pemberian reward harus menjadi motivasi bagi anak untuk mengulangi perilaku yang diterima oleh lingkungan atau masyarakat. Melalui reward, anak justru akan lebih termotivasi untuk mengulangi perilaku yang memang diharapkan oleh masyarakat. Fungsi yang terakhir ialah untuk memperkuat perilaku yang disetujui secara sosial dan tiadanya penghargaan melemahkan keinginan untuk mengulangi perilaku tersebut. Dengan kata lain, anak akan mengasosiasikan reward dengan perilaku yang disetujui masyarakat.
Berdasarkan pangalaman di lapangan, anak kelas I di sekolah dasar amat senang apabila usaha belajarnya dihargai dan mendapat pengakuan dari guru, walaupun amat sederhana. Oleh karena itu, para guru nampaknya jangan terlalu pelit untuk menberikan penghargaan, selama dilakukan dengan memperhatikan waktu dan cara yang tepat. Penghargaan itu sendiri dapat dimaknai sebagai alat pengajaran dalam rangka pengkondisian siswa menjadi senang belajar.
Oleh karena itu, peneliti mencoba membuat siswa lebih aktif didalam kegiatan pembelajaran, dan meningkatkan semangat belajar dalam diri siswa. Dengan pemberian reward kepada siswa, diharapkan dapat meningkatkan motivasi mereka untuk lebih giat belajar dalam proses pembelajaran di kelas.
B.            Rumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang penelitian di atas, maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian  yaitu “Seberapa besar pengaruh pemberian reward terhadap motivasi belajar siswa kelas V MI AL MAARIF 02 SINGOSARI MALANG?”
C.           Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data dan informasi tentang pengaruh pemberian reward terhadap motivasi belajar siswa kelas V MI AL MAARIF 02 SINGOSARI MALANG. Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah untuk menjelaskan “Pengaruh pemberian reward terhadap motivasi belajar siswa kelas V MI AL MAARIF 02 SINGOSARI MALANG”.
D.           Manfaat Penelitian
1.             Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan studi lanjutan yang relevan dan bahan kajian ke arah pengembangan kompetensi mengajar guru dalam proses belajar mengajar di kelas. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi pengembangan ilmu dan pengetahuan terutama yang berhubungan dengan motivasi siswa dalam proses berlangsungnya belajar mengajar di kelas. Selain itu, penelitian ini bisa menjadikan bahan masukan untuk kepentingan pengembangan ilmu bagi pihak-pihak yang berkepentingan guna menjadikan penelitian yang lebih lanjut terhadap objek sejenis atau aspek lainnya yang belum tercakup dalam penelitian ini.
2.    Manfaat Praktis
Kegunaan penelitian secara praktis diharapkan dapat memiliki kegunaan sebagai berikut.
a.    Memberikan informasi bagi para guru agar meningkatkan kualifikasinya sebagai upaya untuk meningkatkan profesionalisme.
b.    Sebagai bahan masukan bagi para guru bahwa memberikan motivasi siswa dapat dipengaruhi oleh pemberian reward.
c.    Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai temuan awal untuk melakukan penelitian lanjut tentang model-model pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
E.            Hipotesis Penelitian
Berkenaan dengan masalah yang diteliti, maka dirumuskan hipotesis penelitiannya adalah “Pemberian reward berpengaruh signifikan terhadap motivasi belajar siswa kelas V MI AL MAARIF 02 SINGOSARI MALANG”.
F.            Asumsi Penelitian
Arikunto (2003:60-61) bahwa asumsi-asumsi penelitian atau anggapan dasar penelitian dipandang sebagai landasan teori atau titik tolak pemikiran yang digunakan dalam suatu penelitian, yang mana kebenarannya diterima oleh peneliti. Selanjutnya dikemukakan bahwa, peneliti dipandang perlu merumuskan asumsi-asumsi penelitian dengan maksud:
1.    Agar terdapat landasan berpijak yang kokoh bagi masalah yang sedang diteliti;
2.    Untuk mempertegas variabel-variabel yang menjadi fokus penelitian;
3.    Berguna untuk kepentingan menentukan dan merumuskan hipotesis.
Dalam kaitannya dengan kepentingan penelitian ini dapat dirumuskan asumsi-asumsi sebagai berikut.
1.    Salah satu upaya untuk meningkatkan motivasi belajar siswa adalah dengan memberikan reward atau penghargaan baik berupa hadiah ataupun pujian.
2.    Teori motivasi Salvin, Motivasi belajar adalah memberikan penghargaan kepada kelompok terhadap personal maupun kelompok yang mampu mengekspresikan ide, pernyataan serta pendapat. Pemberian Perhatian. Pemberian perhatian yang cukup terhadap siswa dengan segala potensi yang dimilikinya merupakan bentuk motivasi yang sederhana.
3.    Prinsip-prinsip yang berkaitan dengan perhatian dan motivasi pembelajaran yaitu perhatian merupakan peranan penting dalam kegiatan belajar. (Dimyati dan Mudjiono, 2002:42).
G.           Ruang Lingkup Penelitian
Berdasarkan contoh suatu penelitian yang berjudul “Pengaruh Pemberian Reward terhadap Motivasi Belajar Siswa kelas V MI AL MAARIF 02 SINGOSARI MALANG” dapat dirumuskan sub bagian ruang lingkup sebagai berikut,
Ruang lingkup penelitian ini meliputi dua variabel, yakni :
1.      Satu variabel bebas : Reward
2.      Satu variabel terikat : Motivasi Belajar
Kedua variabel diatas selanjutnya dijabarkan ke dalam beberapa indikator berdasarkan teori yang dikemukakan oleh para ahli. Adapun penjabaran variabel penelitian menjadi indikator penelitian di tunjukkan dalam tabel berikut.
Tabel 1 Penjabaran Variabel Penelitian ke dalam Indikator Penelitian
No.
Variabel
Indikator
1.
Reward
1.   Hadiah
2.   Pujian
3.   Memberi angka
4.   Penilaian
2. 
 Motivasi Belajar
1.   Sifat-sifat umum aktifitas manusia
2.   Nilai-nilai motivasi
Oemar hamalik (2005:161)
3.   Motivasi intrinsik dan ekstrinsik
J. Gino, dkk, 1996: 113
4. Tekun dalam menghadapi tugas, ulet dalam menghadapi kesulitan, menunjukkan minat pada berbagai masalah, mandiri, kreatif, dapat mempertahankan pendapat dan tidak mudah melepas apa yang diyakininya. (Sardiman (1986:82)
5. Teori-teori motivasi :
a. teori hedonisme
b. teori daya pendorong
c. teori kebutuhan
d. teori

            Selanjutnya indikator-indikator penelitian di atas dikembangkan menjadi butir-butir pertanyaan atau pernyataan yang akan diberikan kepada siswa/i kelas V MI AL MAARIF 02 SINGOSARI MALANG selaku subjek penelitian. Penggunaan istilah subjek penelitian dilakukan karena dalam penelitian ini seluruh populasi yakni sebanyak 105 siswa kelas V dijadikan responden penelitian.
H.           Originalitas Penelitian
Tabel 2 Perbedaan Penelitian dengan Penelitian Sebelumnya
No
Nama peneliti dan tahun penelitian
Persamaan
Perbedaan
Originalitas penelitian
1.
Al mahi
Nim : 02410011
2007
Pengaruh Pemberian Hadiah dan Pujian terhadap motivasi belajar siswa
1.     Variabel bebasnya terdiri dari dua variabel yaitu:
a.       Variabel hadiah
b.     Variabel pujian
2.    Perlakuan subjek penelitian

1.   Meneliti satu variabel bebas dan satu variabel terikat.
2.   Jumlah variabel yang diteliti lebih diperkecil ruang lingkupnya
I.              Definisi Operasional
Definisi operasional variabel bertujuan untuk menjelaskan makna variabel yang sedang diteliti. Adapun definisi operasional variabel penelitian diuraikan sebagai berikut.
1.    Reward
Reward adalah satu alat pendidikan untuk mendidik anak-anak supaya anak menjadi merasa senang karena perbuatan dan pekerjaannya mendapat penghargaan. Atau dengan kata lain, reward adalah alat pendidikan preventif dan represif yang menyenangkan dan bisa menjadi pendorong atau motivator belajar bagi murid. Reward sebagai alat untuk mendidik tidak boleh bersifat sebagai upah. Ada 3 jenis reward atau penghargaan, yaitu hadiah berupa barang/benda, pujian (praise) dan perlakuan istimewa.
2.    Motivasi belajar
Motivasi merupakan suatu kekuatan yang dapat mendorong seseorang melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan. Motivasi adalah suatu usaha yang disadari untuk menggerakkan, mengarahkan dan menjaga tingkah laku seseorang agar ia terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga dapat mencapai tujuan.
Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan dalam diri seseorang dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubahnya pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya dan lain-lain aspek yang ada pada individu. Jadi Motivasi belajar merupakan sesuatu keadaan yang terdapat pada diri seseorang individu dimana ada suatu dorongan untuk melakukan sesuatu guna mencapai tujuan.
Motivasi belajar juga berarti sebagai keseluruhan daya penggerak, pendorong, dari dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang diwujudkan dalam bentuk adanya kebutuhan, dorongan dan usaha siswa dalam melakukan aktivitas guna mencapai tujuan.
J.             Kajian Pustaka
1.    Reward
a.    Konsep Dasar Reward
1)   Definisi Reward
Reward (ganjaran), merupakan suatu teori penguatan positif yang bersumber dari teori behavioristik. Menurut teori behavioristik belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat darinya adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain belajar adalah merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil dari interaksi antara stimulus dan respon.
Reward berasal dari bahasa Inggris yang berarti penghargaan atau hadiah.[1] Sedangkan reward menurut istilah ada beberapa hal, diantaranya adalah:
Menurut Ngalim Purnomo reward adalah alat untuk mendidik anak-anak supaya anak dapat merasa senang karena perbuatan atau pekerjaanya mendapat penghargaan[2].
Menurut Amir Daien indrakusuma reward adalah penilaian yang bersifat posistif terhadap belajar siswa.[3]
Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa reward adalah suatu segala sesuatu berupa penghargaan yang menyenangkan perasaan yang diberikan kepada siswa karena hasil baik dalam proses pendidikannya dengan tujuan agar senantiasa melakukan pekerjaan yang baik dan terpuji.
Peranan reward dalam proses pengajaran cukup penting terutama sebagai faktor eksternal dalam mempengaruhi dan mengarahkan perilaku siswa. Hal ini di dasarkan atas berbagai pertimbangan logis, diantaranya reward ini dapat menimbulkan motivasi belajar siswa dan dapat mempengaruhi perilaku positif dalam kehiduan siswa.
Reward merupakan alat pendidikan yang mudah dilaksanakan dan sangat menyenangkan bagi para siswa. Untuk itu, Reward dalam suatu proses pendidikan sangat dibutuhkan kebenarannya demi meningkatkan motivasi belajar siswa.
Maksud dari pendidik memberikan Reward kepada siswa adalah supaya siswa menjadi lebih giat lagi usahanya untuk memperbaiki atau mempertinggi prestasi yang telah dicapainya, dengan kata lain siswa menjadi lebih keras kemauannya untuk belajar lebih baik.
2)        Tujuan Reward
Mengenai masalah reward, perlu peneliti bahas tentang tujuan yang harus dicapai dalam pemberian reward. Hal ini dimaksudkan, agar dalam berbuat sesuatu bukan karena perbuatan semata-mata; namun ada sesuatu yang harus dicapai dengan perbuatannya, karena dengan adanya tujuan amak akan memberi arah dalam melangkah.
Tujuan yang harus dicapai dalam pemberian reward adalah untuk lebih mengembangkan dan mengoptimalkan motivasi yang bersifat intrinsik dari motivasi ekstrinsik, dalam artian siswa melakukan suatu perbuatan, maka perbuatan itu timbul dari kesadaran siswa itu sendiri.
Jadi, maksud dari reward itu yang terpenting bukanlah hasil yang dicapai seorang siswa, tetapi dengan hasil yang dicapai siswa, guru bertujuam membentuk kata hati dan kemauan yang lebih baik dan lebih keras pada siswa.
Seperti halanya telah disinggung diatas, bahwa Reward disamping merupakan alat pendidikan represif yang menyenangkan, Reward juga dapat menjadi pendorong atau motivasi bagi siswa belajar lebih baik lagi.
2.             Motivasi Belajar
a.    Konsep Dasar Motivasi Belajar
1)   Definisi Motivasi belajar
Motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seorang yang di tandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. [4]
Wasty Soemanto berpendapat bahwa motivasi adalah suatu perubahan tenaga yang di tandai oleh dorongan afektif dan reaksi-reaksi pencapaian tujuan. [5]
Tabrani Rusyan berpendapat, bahwa motivasi merupakan kekuatan yang mendorong seseorang melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan. [6]       
Heinz Kock memberikan pengertian motivasi adalah mengembangkan keinginan untuk melakukan sesuatu. [7]
Dalam uraian diatas, motivasi dapat didefinsikan sebagai suatu pendorong seseorang untuk melakukan sesuatu yang mengarahkan ke tingkah yang positif.  
Hampir semua ahli telah mencoba merumuskan dan menafsirkan tentang belajar. Seringkali pula perumusan dan penafsiran tentang belajar itu berbeda-beda. Dalam uraian ini penulis akan mengutip belajar menurut pandangan behavioristik.
Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuan untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon.[8]
Motivasi belajar merupakan unsur yang penting dalam proses pembelajaran. Ada atau tidaknya motivasi belajar dalam diri siswa akan menentukan apakah siswa akan terlibat serta aktif dalam proses pembelajaran atau bersifat pasif tidak peduli. Kedua kondisi ini tentu saja berakibat yang sangat berbeda dalam proses pembelajaran dan hasilnya.
Dalam ruang kelas guru dihadapkan dengan berbagai macam siswa. Guru terkadang mengalami kesulitan untuk dapat memotivasi siswanya. Hal ini disebabkan oleh banyak hal: misalnya keterbatasan waktu, kebutuhan emosional setiap siswa yang perlu diperhatikan guru, tuntutan hasil yang belajar yang sesuai, dan lain-lain. Berbagai kondisi tersebut menjadi sumber stres bagi para guru sehingga tidak bisa melaksanakan fungsinya sebagai motivator.
Komponen utama motivasi ada tiga yaitu kebutuhan, dorongan, dan tujuan. Kebutuhan muncul apabila terjadi ketidakseimbangan antara yang dimiliki dengan yang diharapan. Dorongan merupakan kekuatan mental yang berorientasi pada harapan atau pencapaian tujuan. Tujuan dalam hal ini adalah sebagai pemberi arahan pada perilaku manusia di dalamnya perilaku membaca pemahaman.
Motivasi mendorong timbulnya kelakuan dan mempengaruhi serta mengubah kelakuan. Fungsi motivasi meliputi:
a.    Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan.
b.    Motivasi berfungsi sebagai pengarah.
c.    Motivasi berfungsi sebagai penggerak.
          Dalam kegiatan pembelajaran, menurut Oemar Hamalik, motivasi mengandung nilai-nilai sebagai berikut;[9]
a.    Motivasi menentukan tingkat keberhasilan perbuatan belajar murid
b.    Pembelajaran yang bermotivasi pada hakekatnya adalah pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan, dorongan, motif, minat yang ada pada murid.
c.    Pembelajaran yang bermotivasi menuntut kreatifitas dan imajinasi guru untuk berusaha secara sungguh-sungguh mencari cara-cara yang relevan dan sesuai guna membangkitkan dan memelihara motivasi belajar siswa
d.   Berhasil atau gagalnya dalam menggunakan motivasi dalam pembelajaran erat pertaliannya dengan pengaturan disiplin kelas.
e.    Penggunaan motivasi dalam mengajar buku saja melengkapi prosedur mengajar, tetapi juga menjadi faktor yang menentukan pengajaran yang efektif.
Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu usaha yang disadari untuk menggerakkan, mengarahkan dan menjaga tingkah laku seseorang agar ia terdorong untuk bertindak melakuan sesuatu sehingga dapat mencapai tujuan.
2)             Jenis-jenis Motivasi
Berdasarkan jenis motivasi, motivasi dikelompokan menjadi dua macam, yaitu;
a)             Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motivasi yang tercaup didalam situasi belajar dan menemui kebutuhan dan tujuan-tujuan siswa. Motivasi ini sering juga disebut motivasi murni. Motivasi yang sebenarnya adalah motivasi yang timbul dalam diri siswa sendiri.
Motivasi Intrinsik ini adalah motivasi yang hidup dalam diri siswa dan berguna bagi motivasi belajar yang fungsional.
Dalam hal ini, reward tidak diperlukan karena tida akan mempunyai dampak bagi siswa, arena dalam hal ini motivasi tumbuh dalam diri siswa itu sendiri, tanpa adanya faktor eksternal. Motivasi intrinsik adalah bersifat riil dan inilah motivasi yang sesungguhnya yaitu dari kemauan siswa itu sendiri.
b)            Motivasi Ekstrinsik
Motivasi Ekstrinsik adalah motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar situasi belajar, seperti angka kredit, ijasah, hadiah, dan lain-lain. Motivasi ekstrinsik ini tetap diperlukan di sekolah, sebab pengajaran di sekolah tidak semuanya menarik minat siswa atau sesuai dengan kebutuhan siswa. Lagi pula sering sekali siswa belum mengetahui untuk apa ia belajar hal-hal yang diberikan di sekolah. Karena itu motivasi terhadap pelajaran itu perlu dibangkitkan oleh para guru sehingga siswa mau dan ingin belajar. Dalam hal ini guru dapat menentukan sendiri cara bagaimana untuk memotivasi siswa supaya aktif dalam pembelajaran di kelas.
3)             Teori Motivasi
a.             Teori Hedonisme
Hedonisme adalah bahasa yunani yang artinya ”kesukaan, kesenangan, atau kenikmatan”. Hedonisme adalah susatu aliran didalam filsafat yang memandang bahwa tujuan hidup yang pertama pada manusia adalah mencari kesenangan (hedone) yang bersifat duniawi.[10]
Implikasi dari teori ini adalah adanya anggapan bahwa semua orang kan cenderung menghindari hal-hal yang sulit dan menyusahkan, atau mengandung resiko berat, dan lebih suka melakukan sesuatu yang mendatangkan kesenangan baginya, misalnya: siswa di suatu kelas merasa gembira dan bertepuk tangan mendengar pengumuman dari kepala sekolah bahwa guru matematika mereka tidak dapat mengajar karena sakit, seorang pegawai segan bekerja dengan baik dan malas bekerja, tetapi menuntut gaji atau upah yang lebih tinggi, dan banyak lagi contoh yang lain, yang menunjukkan bahwa motivasi itu sangat diperlukan. Menurut teorisme diatas, para siswa dan pegawai tersebut pada contoh diatas harus diberi motivasi secara tepat agar tidak malas dan mau bekerja dengan baik, dengan memenuhi kesenangannya.
b.             Teori Daya Pendorong
Teori ini merupakan perpaduan antara teori naluri dengan teori reaksi yang dipelajari. Daya pendorong adalahsemacam naluri, tetapi haya satu dorongan kekuatan yang luas terhadap suatu arah yang umum. Misalnya, suatu daya pendorong pada jenis kelamin yang lain.semua orang dalam semua kebudayaan mempunyai daya pendorong pada jenis kelamin yang lain. Namun, cara yang digunakan dalam mengejar kepuasan terhadap daya pendorong pendorong berlain-lainan. Bagi tiap individu menurut menurut latar belakang kebudayaan masing-masing. Oleh karena menurut teori ini, bila seorang pemimpin ataupun pendidik ingin memotivasi peserta didiknya, ia harus mendasarkannya atas daya pendorong, yaitu atas naluri dan juga reaksi yang dipelajari dari kebudayaan lingkungan yang dimilikinya.
Memotivasi anak didikyang sejak kecil dibesarkan didaerah gunung misalnya, kemungkinan besar akan berbeda dengan anak didik ayang dibesarkan di daerah kota meskipun masalah yang dihadapinya sama.
c.              Teori Kebutuhan
Teori kebutuhan merupakan teori yang seringkali digunakan dan dianut oleh orang karena mereka berpendapat bahwa pada hakekatnya manusia bertindak atau berbuat adalah untuk memenuhi kebutuhan, baik itu psikis atau fisik. Sebelum seorang pendidik atau pemimpin sebelum memberikan motivasi, ia harus mengetahui terlebih dahulu apa yang dibutuhkan oleh orang yang akan diberi motivasi.
Teori kebutuhan yang paling terkenal adalah teori kebutuhan dari Maslow. Sebagai seorang pakar psikologi ia berpendapat bahwa kebutuhan pokok manusia ada lima tingkatan. Kebutuhan itu antara lain sebagai berikut:
a)              Kebutuhan yang bersifat fisiologis
Kebutuhan ini adalah kebutuhan dasar, seperti cukup pangan, sandang, dan papan. Dalam kelas kebutuhan ini biasa kita jumpai; siswa yang tidak sempat makan pagi, siswa yang terganggu karena kelasnya panas, dan lain-lain. Hal ini perlu mendapat perhatian dari guru.
1)             Kebutuhan menjadi suatu kelompok
Kebutuhan ini meliputi rasa ingin dicintai, pribadi yang diakui kelompok, setia kawa, kerjasama, dan lai-lain. Di sekolah kita banyak menlihat seorang siswa yang sedang bermain dihalaman. Guru seharusnya bisa menjadi apa yang di inginkan siswanya. Jika ia membutuhkan teman jadilah teman hangat bagi para siswanya.
2)             Kebutuhan dihargai
Seorang mempunyai kebutuhan untuk diakui dan dihargai berdasarka kemampuan dan kualitas yang dimilinya. Pada dasarnya siswa ingin dihargai orang lain sebagai bukti dan kepercayaannya kepada dirinya sendiri sebagai orang yang berguna, kompeten, dan sebagainya.
3)             Kebutuhan aktualisasi diri
Ini adalah kebutuhan yang tertinggi. Kebutuhan aktualisasi diri merupakan keinginan untuk mengembangkan diri semaksimal mungkin. Perwujudannya terlihat dari keinginan untuk mempelajari hal-hal baru, menikmati keindahan lukisan atau seni, atau keinginan untuk memiliki hidup yang berkembang dengan seimbang dalam berbagai area kehidupan. Dalam konteks kelas, siswa berada kebutuhan yang berlainan. Siswa ada yang dari keluarga yang berkecukupan dan ada yang dari keluarga kekurangan. Hal inilah yang menyebabkan tingkat kebutuhan mereka berbeda-beda.
4)             Tujuan Motivasi Belajar
Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan atau menggugah seorang untuk timbul keinginan atau kemauan untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu.
K.           Pendekatan dan Jenis Penelitian
Menilik rumusan masalah yang diajukan, penelitian ini adalah penelitian jenis kuantitatif yang berbentuk eksperimen. Penelitian ini menggunakan rancangan atau desain penelitian Quasy Eksperimen (Eksperimen Semu), yaitu suatu eksperimen yang pengendalian terhadap variabel non-eksperimental tidak begitu ketat, dan penentuan sampelnya tidak menggunakan randomisasi, yaitu dengan model Non Randomized Pre-Post Test Control Group.
Tabel 3 Skema Desain  Ekperimen
Non R
Non R
O1
O3
X
X
O2
O4

Keterangan :
Non R             : non random
O1                   : obsevasi 1
O2                   : observasi 2
O3                   : observasi 3
O4                   : observasi 4
X                     : perlakuan (treatment)
L.            Populasi dan sampel
a.    Populasi
Margono menjelaskan populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian penelitian dalam ruang lingkup, waktu yang ditentukan peneliti. (Margono. 2006. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta. PT. Rineka Cipta. Hal, 100). Sedangkan menurut Arikunto populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Suharsimi Arikunto. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Edisi Revisi IV). Jakarta. PT. Rineka Cipta. Hal, 97. Dalam penelitian ini populasinya adalah siswa-siswa kelas V MI AL MAARIF SINGOSARI MALANG yang berjumlah 105 siswa (terbagi dalam 4 kelas yaitu kelas VA, kelas VB, kelas VC, dan kelas VD).
b.   Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sampel adalah meneliti sebagian populasi. Suharsimi Arikunto (1996:117), menegaskan apabila subjek eksperimen kurang dari 100, lebih baik diambil semuanya, sehingga eksperimen yang dipakai termasuk model eksperimen populasi.
Dalam penelitian ini, dipakai teknik sampling model quota sampling, yang terbagi dalam bentuk populasi (kelas-kelas). Dimana dua kelas; satu kelas sebagai kelompok yang diberi perlakuan reward (kelas VA, berjumlah 27 siswa/i) dan satu kelas sebagai kelompok yang tidak diberi perlakuan reward (kelas VB, berjumlah 25 siswa/i). Dengan demikian, jumlah  sampel secara keseluruhan ada 52 siswa/i atau sekitar 25 %.
M.          Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini alat pengumpul data (instrumen) yang digunakan adalah non tes, yakni berupa angket atau kuesioner. Data yang dihasilkan dari penyebaran angket berskala pengukuran interval mengingat angket yang disebarkan menggunakan skala Likert dengan kisaran 1-5 dengan alternatif dengan alternatif jawaban sebagai berikut.
5 = sangat setuju
4 = setuju
3 = tidak tahu
2 = kurang setuju
1 = sangat tidak setuju
N.           Data dan Sumber Data
Data adalah keterangan atau bahan nyata yang dapat dijadikan dasar kajian (analisis atau kesimpulan). [11]
Penelitian yang berjudul “Pengaruh Pemberian Reward terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas V MI AL MAARIF SINGOSARI MALANG, data yang dapat dipaparkan adalah data yang dikumpulkan mencakup data primer dan data sekunder. Data primer berupa persepsi siswa terhadap tingkat pemberian Reward sebagai variabel bebas (X), sedangkan data sekundernya adalah motivasi belajar siswa sebagai variabel terikat (Y) yang mana datanya diambilkan dari rata-rata sekor tes seluruh mata pelajaran yang telah diolah oleh wali kelas. Untuk menggambarkan secara jelas tentang data dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini, dapat disajikan dalam bentuk tabel 3.
Tabel 4 Data dan Sumber Data Penelitian
No.
Data
Sumber Data
1.
2.
Pemberian Reward
Motivasi belajar siswa
Siswa (responden)
Siswa (responden)

O.           Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data dalam penelitian, dibutuhkan sebuah alat atau instrumen, adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan skala Likert yang menggunakan lima alternatif jawaban.
Adapun pembuatan skala motivasi belajar ini, berawal dari sejumlah indikator motivasi belajar sebagaimana yang telah disebutkan Sardiman (1986:82) dalam bab sebelumnya tentang ciri-ciri motivasi belajar , yaitu : tekun menghadapi tugas, ulet menghadapi kesulitan, menunjukkan minat pada berbagai masalah, mandiri, kreatif, dapat mempertahankan pendapat dan tidak mudah melepaskan apa yang diyakininya, dan senang mencari dan memecahkan masalah.
P.            Analisis Data
Sesuai dengan jenis penelitian dan jenis data, maka analisis yang digunakan dalam eksperimen ini adalah analisis kuantitatif dengan penggunaan rumus stastistik yang dalam pelaksanaan analisisnya menggunakan komputer program SPSS (Statistic Program for Social Sciences), adapun teknik analisis data yang digunakan adalah analisis kovarian (anakova). Teknik ini dipakai untuk menguji perbedaan hasil perlakuan awal pre-test  dengan hasil pos-test, atau meramalkan efektif tidaknya penerapan variabel  X terhadap variabel Y. Adapun, pengkategorisasian yang dipakai, sebagai berikut
Tabel 5 Norma Penggolongan dan Batasan Nilai
No.
Kategori
Interval Nilai
1.
2.
3.
Tinggi
Sedang
Rendah
Mean + 1 SD > X
Mean – 1 SD < X < mean + 1 SD
X< Mean – 1 SD








[1] John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia. (Jakarta: Gramedia, 1996), hlm. 482
[2] M. Ngalim Purwanto,  Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 182
[3] Menurut Amir Daien Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasiona, 1973), hlm. 159
[4] Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Bandung; Bumi Aksara, 2001), hlm. 158
[5] Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Bina Aksara 1978), hlm. 199
[6] Tabrani Rusyan, dkk. Pendekatan dalam proses Belajar Mengajar. (Bandung: CV Remaja Rosdakarya, 1989), hlm. 95
[7] Heinz Kock, Saya Guru Yang Baik, (Yogyakarta: Kanisius, 1991), hlm. 69
[8] Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005), hlm. 20
[9] Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Bandung: Bumi Aksara, 2005), hlm. 161
[10] M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), hlm. 74
[11] Wahid Murni, “Cara Mudah Menulis Proposal dan Laporan Penelitian Lapangan”, (Malang: UM Press, 2008), hlm. 41