PENGARUH PEMBERIAN REWARD TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS V
MI AL MAARIF SINGOSARI MALANG
Oleh : Zulia Rahmawati
A.
Latar Belakang Masalah
Pembelajaran
merupakan suatu proses yang dilakukan secara sadar pada setiap individu atau
kelompok untuk merubah sikap dari tidak tahu menjadi tahu sepanjang hidupnya.
Sedangkan proses belajar mengajar merupakan kegiatan pokok sekolah yang di
dalamnya terjadi proses siswa belajar dan guru mengajar dalam konteks
interaktif dan terjadi interaksi edukatif antara guru dan siswa, sehingga
terdapat perubahan dalam diri siswa baik perubahan pada tingkat pengetahuan,
pemahaman dan keterampilan ataupun sikap. Melalui proses mengajar tersebut akan
dicapai tujuan pendidikan tidak hanya dalam hal membentuk perubahan tingkah
laku dalam diri siswa, akan tetapi juga meningkatkan pengetahuan yang ada dalam
diri siswa.
Dalam
pendidikan saat ini, guru seringkali mendapatkan kesulitan dalam pembelajaran.
Misalnya: siswa merasa bosan ketika pembelajaran berlangsung karena tidak ada
yang membuat semangat dalam pembelajaran tersebut. Hal ini menyebabkan kurang
aktifnya siswa dalam kegiatan pembelajaran, apalagi pada pelajaran yang
dianggapnya sulit.
Guru
adalah pendidik profesional dengan tugas utamanya mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik dalam
jalur formal. Guru dalam menjalankan fungsinya diantaranya berkewajiban untuk
menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis,
dialogis, dan memberikan motivasi kepada siswa dalam membangun gagasan,
prakarsa, dan tanggung jawab siswa untuk belajar.
Untuk
meningkatkan motivasi belajar siswa, maka harus dicarikan solusi. Seorang guru
perlu mengembangkan pendekatan dan metode yang lebih bervariatif untuk
mengatasi berbagai kesulitan siswa seperti rasa jenuh, bosan, adanya
kemungkinan peserta didik kurang mendapat motivasi dari orang tua siswa dalam
mendukung anaknya atau faktor lingkungan yang kurang mendukung. Untuk itu, guru
harus mencari strategi atau inisiatif agar siswa dapat tertarik atau lebih
antusias dalam proses belajara mengajar.
Teori motivasi yang
dikemukakan oleh Salvin bahwa motivasi belajar adalah memberikan
penghargaan kepada kelompok terhadap personal maupun kelompok yang mampu
mengekspresikan ide, pernyataan serta pendapat. Pemberian Perhatian. Pemberian
perhatian yang cukup terhadap siswa dengan segala potensi yang dimilikinya
merupakan bentuk motivasi yang sederhana, karena banyak yang tidak memiliki
motivasi belajar diakibatkan tidak dirasakannya adanya perhatian. Sebagaimana
yang dijelaskan Dimyati dan Mudjiono (2002:42) prinsip-prinsip yang berkaitan
dengan perhatian dan motivasi pembelajaran yaitu perhatian merupakan peranan
penting dalam kegiatan belajar.
Pemberian
hadiah dan pujian merupakan reward atau penghargaan atas
perilaku baik yang dilakukan anak. Hal ini sangat diperlukan dalam hubungannya
dengan minat dan penerapan disiplin pada anak. Reward atau penghargaan memiliki
tiga fungsi penting dalam mengajari anak berperilaku yang disetujui secara
sosial. Fungsi yang pertama ialah memiliki nilai pendidikan. Yang kedua,
pemberian reward
harus menjadi motivasi bagi anak untuk mengulangi perilaku yang diterima oleh
lingkungan atau masyarakat. Melalui reward, anak justru akan lebih
termotivasi untuk mengulangi perilaku yang memang diharapkan oleh masyarakat.
Fungsi yang terakhir ialah untuk memperkuat perilaku yang disetujui secara
sosial dan tiadanya penghargaan melemahkan keinginan untuk mengulangi perilaku
tersebut. Dengan kata lain, anak akan mengasosiasikan reward
dengan perilaku yang disetujui masyarakat.
Berdasarkan
pangalaman di lapangan, anak kelas I di sekolah dasar amat senang apabila usaha
belajarnya dihargai dan mendapat pengakuan dari guru, walaupun amat sederhana.
Oleh karena itu, para guru nampaknya jangan terlalu pelit untuk menberikan
penghargaan, selama dilakukan dengan memperhatikan waktu dan cara yang tepat.
Penghargaan itu sendiri dapat dimaknai sebagai alat pengajaran dalam rangka
pengkondisian siswa menjadi senang belajar.
Oleh
karena itu, peneliti mencoba membuat siswa lebih aktif didalam kegiatan
pembelajaran, dan meningkatkan semangat belajar dalam diri siswa. Dengan
pemberian reward kepada siswa, diharapkan dapat meningkatkan motivasi
mereka untuk lebih giat belajar dalam proses pembelajaran di kelas.
B.
Rumusan Masalah
Bertolak
dari latar belakang penelitian di atas, maka dapat dirumuskan pertanyaan
penelitian yaitu “Seberapa besar
pengaruh pemberian reward terhadap motivasi belajar siswa kelas V MI AL
MAARIF 02 SINGOSARI MALANG?”
C.
Tujuan Penelitian
Tujuan
penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data dan informasi tentang pengaruh
pemberian reward terhadap motivasi belajar siswa kelas V MI AL MAARIF 02
SINGOSARI MALANG. Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah untuk menjelaskan
“Pengaruh pemberian reward terhadap motivasi belajar siswa kelas V MI AL MAARIF
02 SINGOSARI MALANG”.
D.
Manfaat Penelitian
1.
Manfaat Teoritis
Hasil
penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan studi lanjutan yang relevan dan
bahan kajian ke arah pengembangan kompetensi mengajar guru dalam proses belajar
mengajar di kelas. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi
pengembangan ilmu dan pengetahuan terutama yang berhubungan dengan motivasi
siswa dalam proses berlangsungnya belajar mengajar di kelas. Selain itu,
penelitian ini bisa menjadikan bahan masukan untuk kepentingan pengembangan
ilmu bagi pihak-pihak yang berkepentingan guna menjadikan penelitian yang lebih
lanjut terhadap objek sejenis atau aspek lainnya yang belum tercakup dalam
penelitian ini.
2.
Manfaat Praktis
Kegunaan
penelitian secara praktis diharapkan dapat memiliki kegunaan sebagai berikut.
a.
Memberikan
informasi bagi para guru agar meningkatkan kualifikasinya sebagai upaya untuk
meningkatkan profesionalisme.
b.
Sebagai
bahan masukan bagi para guru bahwa memberikan motivasi siswa dapat dipengaruhi
oleh pemberian reward.
c.
Bagi
peneliti, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai temuan awal untuk
melakukan penelitian lanjut tentang model-model pembelajaran yang dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa.
E.
Hipotesis Penelitian
Berkenaan
dengan masalah yang diteliti, maka dirumuskan hipotesis penelitiannya adalah
“Pemberian reward berpengaruh signifikan terhadap motivasi belajar siswa kelas
V MI AL MAARIF 02 SINGOSARI MALANG”.
F.
Asumsi Penelitian
Arikunto
(2003:60-61) bahwa asumsi-asumsi penelitian atau anggapan dasar penelitian
dipandang sebagai landasan teori atau titik tolak pemikiran yang digunakan
dalam suatu penelitian, yang mana kebenarannya diterima oleh peneliti.
Selanjutnya dikemukakan bahwa, peneliti dipandang perlu merumuskan
asumsi-asumsi penelitian dengan maksud:
1.
Agar
terdapat landasan berpijak yang kokoh bagi masalah yang sedang diteliti;
2.
Untuk
mempertegas variabel-variabel yang menjadi fokus penelitian;
3.
Berguna
untuk kepentingan menentukan dan merumuskan hipotesis.
Dalam kaitannya dengan kepentingan penelitian ini dapat dirumuskan
asumsi-asumsi sebagai berikut.
1.
Salah
satu upaya untuk meningkatkan motivasi belajar siswa adalah dengan memberikan
reward atau penghargaan baik berupa hadiah ataupun pujian.
2.
Teori
motivasi Salvin, Motivasi belajar adalah memberikan penghargaan kepada
kelompok terhadap personal maupun kelompok yang mampu mengekspresikan ide,
pernyataan serta pendapat. Pemberian Perhatian. Pemberian perhatian yang cukup
terhadap siswa dengan segala potensi yang dimilikinya merupakan bentuk motivasi
yang sederhana.
3.
Prinsip-prinsip
yang berkaitan dengan perhatian dan motivasi pembelajaran yaitu perhatian
merupakan peranan penting dalam kegiatan belajar. (Dimyati dan Mudjiono,
2002:42).
G.
Ruang Lingkup Penelitian
Berdasarkan
contoh suatu penelitian yang berjudul “Pengaruh Pemberian Reward terhadap
Motivasi Belajar Siswa kelas V MI AL MAARIF 02 SINGOSARI MALANG” dapat
dirumuskan sub bagian ruang lingkup sebagai berikut,
Ruang
lingkup penelitian ini meliputi dua variabel, yakni :
1.
Satu
variabel bebas : Reward
2.
Satu
variabel terikat : Motivasi Belajar
Kedua variabel diatas selanjutnya dijabarkan ke dalam beberapa
indikator berdasarkan teori yang dikemukakan oleh para ahli. Adapun penjabaran
variabel penelitian menjadi indikator penelitian di tunjukkan dalam tabel
berikut.
Tabel
1 Penjabaran Variabel Penelitian ke dalam Indikator Penelitian
No.
|
Variabel
|
Indikator
|
1.
|
Reward
|
1.
Hadiah
2.
Pujian
3.
Memberi
angka
4.
Penilaian
|
2.
|
Motivasi Belajar
|
1.
Sifat-sifat
umum aktifitas manusia
2.
Nilai-nilai
motivasi
Oemar
hamalik (2005:161)
3.
Motivasi
intrinsik dan ekstrinsik
J.
Gino, dkk, 1996: 113
4. Tekun dalam menghadapi tugas, ulet dalam menghadapi kesulitan,
menunjukkan minat pada berbagai masalah, mandiri, kreatif, dapat
mempertahankan pendapat dan tidak mudah melepas apa yang diyakininya.
(Sardiman (1986:82)
5. Teori-teori motivasi :
a. teori hedonisme
b. teori daya pendorong
c. teori kebutuhan
d. teori
|
Selanjutnya
indikator-indikator penelitian di atas dikembangkan menjadi butir-butir
pertanyaan atau pernyataan yang akan diberikan kepada siswa/i kelas V MI AL
MAARIF 02 SINGOSARI MALANG selaku subjek penelitian. Penggunaan istilah subjek
penelitian dilakukan karena dalam penelitian ini seluruh populasi yakni
sebanyak 105 siswa kelas V dijadikan responden penelitian.
H.
Originalitas Penelitian
Tabel
2 Perbedaan Penelitian dengan Penelitian Sebelumnya
No
|
Nama peneliti dan tahun penelitian
|
Persamaan
|
Perbedaan
|
Originalitas penelitian
|
1.
|
Al mahi
Nim : 02410011
2007
|
Pengaruh Pemberian Hadiah dan Pujian terhadap motivasi belajar
siswa
|
1.
Variabel
bebasnya terdiri dari dua variabel yaitu:
a.
Variabel
hadiah
b.
Variabel
pujian
2.
Perlakuan
subjek penelitian
|
1.
Meneliti
satu variabel bebas dan satu variabel terikat.
2.
Jumlah
variabel yang diteliti lebih diperkecil ruang lingkupnya
|
I.
Definisi Operasional
Definisi
operasional variabel bertujuan untuk menjelaskan makna variabel yang sedang
diteliti. Adapun definisi operasional variabel penelitian diuraikan sebagai
berikut.
1.
Reward
Reward adalah satu
alat pendidikan untuk mendidik anak-anak supaya anak menjadi merasa senang
karena perbuatan dan pekerjaannya mendapat penghargaan. Atau dengan kata lain, reward
adalah alat pendidikan preventif dan represif yang menyenangkan dan bisa menjadi
pendorong atau motivator belajar bagi murid. Reward sebagai alat untuk
mendidik tidak boleh bersifat sebagai upah. Ada 3 jenis reward
atau penghargaan, yaitu hadiah berupa barang/benda, pujian (praise) dan
perlakuan istimewa.
2.
Motivasi belajar
Motivasi
merupakan suatu kekuatan yang dapat mendorong seseorang melakukan kegiatan
untuk mencapai tujuan. Motivasi adalah suatu usaha yang disadari untuk
menggerakkan, mengarahkan dan menjaga tingkah laku seseorang agar ia terdorong
untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga dapat mencapai tujuan.
Belajar
adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang.
Perubahan dalam diri seseorang dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti
berubahnya pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya,
keterampilan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya dan lain-lain
aspek yang ada pada individu. Jadi Motivasi belajar merupakan sesuatu keadaan
yang terdapat pada diri seseorang individu dimana ada suatu dorongan untuk
melakukan sesuatu guna mencapai tujuan.
Motivasi
belajar juga berarti sebagai keseluruhan daya penggerak, pendorong, dari dalam
diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang diwujudkan dalam bentuk
adanya kebutuhan, dorongan dan usaha siswa dalam melakukan aktivitas guna
mencapai tujuan.
J.
Kajian Pustaka
1.
Reward
a.
Konsep Dasar Reward
1)
Definisi Reward
Reward (ganjaran),
merupakan suatu teori penguatan positif yang bersumber dari teori
behavioristik. Menurut teori behavioristik belajar adalah perubahan tingkah
laku sebagai akibat darinya adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan
kata lain belajar adalah merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal
kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil dari
interaksi antara stimulus dan respon.
Reward berasal dari
bahasa Inggris yang berarti penghargaan atau hadiah.[1]
Sedangkan reward menurut istilah ada beberapa hal, diantaranya adalah:
Menurut
Ngalim Purnomo reward adalah alat untuk mendidik anak-anak supaya anak
dapat merasa senang karena perbuatan atau pekerjaanya mendapat penghargaan[2].
Menurut
Amir Daien indrakusuma reward adalah penilaian yang bersifat posistif
terhadap belajar siswa.[3]
Dari
beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa reward adalah suatu
segala sesuatu berupa penghargaan yang menyenangkan perasaan yang diberikan
kepada siswa karena hasil baik dalam proses pendidikannya dengan tujuan agar
senantiasa melakukan pekerjaan yang baik dan terpuji.
Peranan
reward dalam proses pengajaran cukup penting terutama sebagai faktor
eksternal dalam mempengaruhi dan mengarahkan perilaku siswa. Hal ini di
dasarkan atas berbagai pertimbangan logis, diantaranya reward ini dapat menimbulkan
motivasi belajar siswa dan dapat mempengaruhi perilaku positif dalam kehiduan
siswa.
Reward
merupakan
alat pendidikan yang mudah dilaksanakan dan sangat menyenangkan bagi para
siswa. Untuk itu, Reward dalam suatu proses pendidikan sangat dibutuhkan
kebenarannya demi meningkatkan motivasi belajar siswa.
Maksud dari
pendidik memberikan Reward kepada siswa adalah supaya siswa menjadi
lebih giat lagi usahanya untuk memperbaiki atau mempertinggi prestasi yang
telah dicapainya, dengan kata lain siswa menjadi lebih keras kemauannya untuk
belajar lebih baik.
2)
Tujuan Reward
Mengenai
masalah reward, perlu peneliti bahas tentang tujuan yang harus dicapai
dalam pemberian reward. Hal ini dimaksudkan, agar dalam berbuat sesuatu
bukan karena perbuatan semata-mata; namun ada sesuatu yang harus dicapai dengan
perbuatannya, karena dengan adanya tujuan amak akan memberi arah dalam
melangkah.
Tujuan
yang harus dicapai dalam pemberian reward adalah untuk lebih
mengembangkan dan mengoptimalkan motivasi yang bersifat intrinsik dari motivasi
ekstrinsik, dalam artian siswa melakukan suatu perbuatan, maka perbuatan itu
timbul dari kesadaran siswa itu sendiri.
Jadi,
maksud dari reward itu yang terpenting bukanlah hasil yang dicapai
seorang siswa, tetapi dengan hasil yang dicapai siswa, guru bertujuam membentuk
kata hati dan kemauan yang lebih baik dan lebih keras pada siswa.
Seperti halanya
telah disinggung diatas, bahwa Reward disamping merupakan alat
pendidikan represif yang menyenangkan, Reward juga dapat menjadi pendorong
atau motivasi bagi siswa belajar lebih baik lagi.
2.
Motivasi Belajar
a.
Konsep Dasar Motivasi Belajar
1)
Definisi Motivasi belajar
Motivasi
adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seorang yang di tandai dengan
timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. [4]
Wasty Soemanto
berpendapat bahwa motivasi adalah suatu perubahan tenaga yang di tandai oleh
dorongan afektif dan reaksi-reaksi pencapaian tujuan. [5]
Tabrani
Rusyan berpendapat, bahwa motivasi merupakan kekuatan yang mendorong seseorang
melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan. [6]
Heinz
Kock memberikan pengertian motivasi adalah mengembangkan keinginan untuk
melakukan sesuatu. [7]
Dalam
uraian diatas, motivasi dapat didefinsikan sebagai suatu pendorong seseorang
untuk melakukan sesuatu yang mengarahkan ke tingkah yang positif.
Hampir semua
ahli telah mencoba merumuskan dan menafsirkan tentang belajar. Seringkali pula
perumusan dan penafsiran tentang belajar itu berbeda-beda. Dalam uraian ini
penulis akan mengutip belajar menurut pandangan behavioristik.
Menurut teori
behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya
interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar merupakan
bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuan untuk bertingkah laku
dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon.[8]
Motivasi belajar
merupakan unsur yang penting dalam proses pembelajaran. Ada atau tidaknya
motivasi belajar dalam diri siswa akan menentukan apakah siswa akan terlibat
serta aktif dalam proses pembelajaran atau bersifat pasif tidak peduli. Kedua
kondisi ini tentu saja berakibat yang sangat berbeda dalam proses pembelajaran
dan hasilnya.
Dalam ruang
kelas guru dihadapkan dengan berbagai macam siswa. Guru terkadang mengalami
kesulitan untuk dapat memotivasi siswanya. Hal ini disebabkan oleh banyak hal:
misalnya keterbatasan waktu, kebutuhan emosional setiap siswa yang perlu
diperhatikan guru, tuntutan hasil yang belajar yang sesuai, dan lain-lain.
Berbagai kondisi tersebut menjadi sumber stres bagi para guru sehingga tidak bisa
melaksanakan fungsinya sebagai motivator.
Komponen
utama motivasi ada tiga yaitu kebutuhan, dorongan, dan tujuan. Kebutuhan muncul
apabila terjadi ketidakseimbangan antara yang dimiliki dengan yang diharapan.
Dorongan merupakan kekuatan mental yang berorientasi pada harapan atau
pencapaian tujuan. Tujuan dalam hal ini adalah sebagai pemberi arahan pada
perilaku manusia di dalamnya perilaku membaca pemahaman.
Motivasi
mendorong timbulnya kelakuan dan mempengaruhi serta mengubah kelakuan. Fungsi
motivasi meliputi:
a.
Mendorong
timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan.
b.
Motivasi
berfungsi sebagai pengarah.
c.
Motivasi
berfungsi sebagai penggerak.
Dalam kegiatan
pembelajaran, menurut Oemar Hamalik, motivasi mengandung nilai-nilai sebagai
berikut;[9]
a.
Motivasi
menentukan tingkat keberhasilan perbuatan belajar murid
b.
Pembelajaran
yang bermotivasi pada hakekatnya adalah pembelajaran yang disesuaikan dengan
kebutuhan, dorongan, motif, minat yang ada pada murid.
c.
Pembelajaran
yang bermotivasi menuntut kreatifitas dan imajinasi guru untuk berusaha secara
sungguh-sungguh mencari cara-cara yang relevan dan sesuai guna membangkitkan
dan memelihara motivasi belajar siswa
d.
Berhasil
atau gagalnya dalam menggunakan motivasi dalam pembelajaran erat pertaliannya
dengan pengaturan disiplin kelas.
e.
Penggunaan
motivasi dalam mengajar buku saja melengkapi prosedur mengajar, tetapi juga
menjadi faktor yang menentukan pengajaran yang efektif.
Dari
beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu
usaha yang disadari untuk menggerakkan, mengarahkan dan menjaga tingkah laku
seseorang agar ia terdorong untuk bertindak melakuan sesuatu sehingga dapat
mencapai tujuan.
2)
Jenis-jenis Motivasi
Berdasarkan
jenis motivasi, motivasi dikelompokan menjadi dua macam, yaitu;
a)
Motivasi Intrinsik
Motivasi
intrinsik adalah motivasi yang tercaup didalam situasi belajar dan menemui
kebutuhan dan tujuan-tujuan siswa. Motivasi ini sering juga disebut motivasi
murni. Motivasi yang sebenarnya adalah motivasi yang timbul dalam diri siswa
sendiri.
Motivasi
Intrinsik ini adalah motivasi yang hidup dalam diri siswa dan berguna bagi
motivasi belajar yang fungsional.
Dalam
hal ini, reward tidak diperlukan karena tida akan mempunyai dampak bagi siswa,
arena dalam hal ini motivasi tumbuh dalam diri siswa itu sendiri, tanpa adanya
faktor eksternal. Motivasi intrinsik adalah bersifat riil dan inilah motivasi
yang sesungguhnya yaitu dari kemauan siswa itu sendiri.
b)
Motivasi Ekstrinsik
Motivasi
Ekstrinsik adalah motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar situasi
belajar, seperti angka kredit, ijasah, hadiah, dan lain-lain. Motivasi
ekstrinsik ini tetap diperlukan di sekolah, sebab pengajaran di sekolah tidak
semuanya menarik minat siswa atau sesuai dengan kebutuhan siswa. Lagi pula
sering sekali siswa belum mengetahui untuk apa ia belajar hal-hal yang
diberikan di sekolah. Karena itu motivasi terhadap pelajaran itu perlu
dibangkitkan oleh para guru sehingga siswa mau dan ingin belajar. Dalam hal ini
guru dapat menentukan sendiri cara bagaimana untuk memotivasi siswa supaya
aktif dalam pembelajaran di kelas.
3)
Teori Motivasi
a.
Teori Hedonisme
Hedonisme adalah
bahasa yunani yang artinya ”kesukaan, kesenangan, atau kenikmatan”. Hedonisme
adalah susatu aliran didalam filsafat yang memandang bahwa tujuan hidup yang
pertama pada manusia adalah mencari kesenangan (hedone) yang bersifat
duniawi.[10]
Implikasi dari teori ini adalah adanya anggapan
bahwa semua orang kan cenderung menghindari hal-hal yang sulit dan menyusahkan,
atau mengandung resiko berat, dan lebih suka melakukan sesuatu yang
mendatangkan kesenangan baginya, misalnya: siswa di suatu kelas merasa gembira
dan bertepuk tangan mendengar pengumuman dari kepala sekolah bahwa guru
matematika mereka tidak dapat mengajar karena sakit, seorang pegawai segan
bekerja dengan baik dan malas bekerja, tetapi menuntut gaji atau upah yang lebih
tinggi, dan banyak lagi contoh yang lain, yang menunjukkan bahwa motivasi itu
sangat diperlukan. Menurut teorisme diatas, para siswa dan pegawai tersebut pada
contoh diatas harus diberi motivasi secara tepat agar tidak malas dan mau
bekerja dengan baik, dengan memenuhi kesenangannya.
b.
Teori
Daya Pendorong
Teori ini merupakan
perpaduan antara teori naluri dengan teori reaksi yang dipelajari. Daya
pendorong adalahsemacam naluri, tetapi haya satu dorongan kekuatan yang luas
terhadap suatu arah yang umum. Misalnya, suatu daya pendorong pada jenis
kelamin yang lain.semua orang dalam semua kebudayaan mempunyai daya pendorong
pada jenis kelamin yang lain. Namun, cara yang digunakan dalam mengejar
kepuasan terhadap daya pendorong pendorong berlain-lainan. Bagi tiap individu
menurut menurut latar belakang kebudayaan masing-masing. Oleh karena menurut
teori ini, bila seorang pemimpin ataupun pendidik ingin memotivasi peserta didiknya,
ia harus mendasarkannya atas daya pendorong, yaitu atas naluri dan juga reaksi
yang dipelajari dari kebudayaan lingkungan yang dimilikinya.
Memotivasi anak didikyang sejak kecil dibesarkan
didaerah gunung misalnya, kemungkinan besar akan berbeda dengan anak didik ayang
dibesarkan di daerah kota meskipun masalah yang dihadapinya sama.
c.
Teori
Kebutuhan
Teori kebutuhan
merupakan teori yang seringkali digunakan dan dianut oleh orang karena mereka
berpendapat bahwa pada hakekatnya manusia bertindak atau berbuat adalah untuk
memenuhi kebutuhan, baik itu psikis atau fisik. Sebelum seorang pendidik atau pemimpin
sebelum memberikan motivasi, ia harus mengetahui terlebih dahulu apa yang
dibutuhkan oleh orang yang akan diberi motivasi.
Teori kebutuhan yang
paling terkenal adalah teori kebutuhan dari Maslow. Sebagai seorang pakar
psikologi ia berpendapat bahwa kebutuhan pokok manusia ada lima tingkatan.
Kebutuhan itu antara lain sebagai berikut:
a)
Kebutuhan yang bersifat fisiologis
Kebutuhan ini adalah kebutuhan dasar, seperti cukup
pangan, sandang, dan papan. Dalam kelas kebutuhan ini biasa kita jumpai; siswa
yang tidak sempat makan pagi, siswa yang terganggu karena kelasnya panas, dan
lain-lain. Hal ini perlu mendapat perhatian dari guru.
1)
Kebutuhan
menjadi suatu kelompok
Kebutuhan ini meliputi
rasa ingin dicintai, pribadi yang diakui kelompok, setia kawa, kerjasama, dan
lai-lain. Di sekolah kita banyak menlihat seorang siswa yang sedang bermain
dihalaman. Guru seharusnya bisa menjadi apa yang di inginkan siswanya. Jika ia
membutuhkan teman jadilah teman hangat bagi para siswanya.
2)
Kebutuhan
dihargai
Seorang mempunyai
kebutuhan untuk diakui dan dihargai berdasarka kemampuan dan kualitas yang
dimilinya. Pada dasarnya siswa ingin dihargai orang lain sebagai bukti dan kepercayaannya
kepada dirinya sendiri sebagai orang yang berguna, kompeten, dan sebagainya.
3)
Kebutuhan
aktualisasi diri
Ini adalah kebutuhan yang tertinggi. Kebutuhan
aktualisasi diri merupakan keinginan untuk mengembangkan diri semaksimal mungkin.
Perwujudannya terlihat dari keinginan untuk mempelajari hal-hal baru, menikmati
keindahan lukisan atau seni, atau keinginan untuk memiliki hidup yang
berkembang dengan seimbang dalam berbagai area kehidupan. Dalam konteks kelas,
siswa berada kebutuhan yang berlainan. Siswa ada yang dari keluarga yang
berkecukupan dan ada yang dari keluarga kekurangan. Hal inilah yang menyebabkan
tingkat kebutuhan mereka berbeda-beda.
4)
Tujuan
Motivasi Belajar
Secara umum dapat
dikatakan bahwa tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan atau menggugah
seorang untuk timbul keinginan atau kemauan untuk melakukan sesuatu sehingga
dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu.
K.
Pendekatan dan Jenis Penelitian
Menilik
rumusan masalah yang diajukan, penelitian ini adalah penelitian jenis
kuantitatif yang berbentuk eksperimen. Penelitian ini menggunakan rancangan
atau desain penelitian Quasy Eksperimen (Eksperimen Semu), yaitu suatu
eksperimen yang pengendalian terhadap variabel non-eksperimental tidak begitu
ketat, dan penentuan sampelnya tidak menggunakan randomisasi, yaitu dengan
model Non Randomized Pre-Post Test Control Group.
Tabel 3 Skema
Desain Ekperimen
Non
R
Non
R
|
O1
O3
|
X
X
|
O2
O4
|
Keterangan :
Non R : non random
O1 :
obsevasi 1
O2 :
observasi 2
O3 :
observasi 3
O4 :
observasi 4
X :
perlakuan (treatment)
L.
Populasi dan sampel
a.
Populasi
Margono
menjelaskan populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian penelitian
dalam ruang lingkup, waktu yang ditentukan peneliti. (Margono. 2006. Metode
Penelitian Pendidikan. Jakarta. PT. Rineka Cipta. Hal, 100). Sedangkan
menurut Arikunto populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Suharsimi
Arikunto. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Edisi Revisi
IV). Jakarta. PT. Rineka Cipta. Hal, 97. Dalam penelitian ini populasinya
adalah siswa-siswa kelas V MI AL MAARIF SINGOSARI MALANG yang berjumlah 105
siswa (terbagi dalam 4 kelas yaitu kelas VA, kelas VB, kelas VC, dan kelas VD).
b.
Sampel
Sampel
adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sampel
adalah meneliti sebagian populasi. Suharsimi Arikunto (1996:117), menegaskan
apabila subjek eksperimen kurang dari 100, lebih baik diambil semuanya,
sehingga eksperimen yang dipakai termasuk model eksperimen populasi.
Dalam
penelitian ini, dipakai teknik sampling model quota sampling, yang
terbagi dalam bentuk populasi (kelas-kelas). Dimana dua kelas; satu kelas
sebagai kelompok yang diberi perlakuan reward (kelas VA, berjumlah 27
siswa/i) dan satu kelas sebagai kelompok yang tidak diberi perlakuan reward
(kelas VB, berjumlah 25 siswa/i). Dengan demikian, jumlah sampel secara keseluruhan ada 52 siswa/i atau
sekitar 25 %.
M.
Instrumen Penelitian
Dalam
penelitian ini alat pengumpul data (instrumen) yang digunakan adalah non tes,
yakni berupa angket atau kuesioner. Data yang dihasilkan dari penyebaran angket
berskala pengukuran interval mengingat angket yang disebarkan menggunakan skala
Likert dengan kisaran 1-5 dengan alternatif dengan alternatif jawaban sebagai
berikut.
5 =
sangat setuju
4 =
setuju
3 =
tidak tahu
2 =
kurang setuju
1 =
sangat tidak setuju
N.
Data dan Sumber Data
Data
adalah keterangan atau bahan nyata yang dapat dijadikan dasar kajian (analisis
atau kesimpulan). [11]
Penelitian
yang berjudul “Pengaruh Pemberian Reward terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas
V MI AL MAARIF SINGOSARI MALANG, data yang dapat dipaparkan adalah data yang
dikumpulkan mencakup data primer dan data sekunder. Data primer berupa persepsi
siswa terhadap tingkat pemberian Reward sebagai variabel bebas (X), sedangkan
data sekundernya adalah motivasi belajar siswa sebagai variabel terikat (Y)
yang mana datanya diambilkan dari rata-rata sekor tes seluruh mata pelajaran
yang telah diolah oleh wali kelas. Untuk menggambarkan secara jelas tentang
data dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini, dapat disajikan dalam
bentuk tabel 3.
Tabel 4 Data
dan Sumber Data Penelitian
No.
|
Data
|
Sumber Data
|
1.
2.
|
Pemberian
Reward
Motivasi
belajar siswa
|
Siswa
(responden)
Siswa
(responden)
|
O.
Pengumpulan Data
Untuk
mendapatkan dan mengumpulkan data dalam penelitian, dibutuhkan sebuah alat atau
instrumen, adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan skala Likert yang menggunakan lima alternatif jawaban.
Adapun
pembuatan skala motivasi belajar ini, berawal dari sejumlah indikator motivasi
belajar sebagaimana yang telah disebutkan Sardiman (1986:82) dalam bab
sebelumnya tentang ciri-ciri motivasi belajar , yaitu : tekun menghadapi tugas,
ulet menghadapi kesulitan, menunjukkan minat pada berbagai masalah, mandiri,
kreatif, dapat mempertahankan pendapat dan tidak mudah melepaskan apa yang
diyakininya, dan senang mencari dan memecahkan masalah.
P.
Analisis Data
Sesuai dengan jenis penelitian dan jenis data, maka analisis yang
digunakan dalam eksperimen ini adalah analisis kuantitatif dengan penggunaan
rumus stastistik yang dalam pelaksanaan analisisnya menggunakan komputer
program SPSS (Statistic Program for Social Sciences), adapun teknik
analisis data yang digunakan adalah analisis kovarian (anakova). Teknik
ini dipakai untuk menguji perbedaan hasil perlakuan awal pre-test dengan hasil pos-test, atau meramalkan
efektif tidaknya penerapan variabel X
terhadap variabel Y. Adapun, pengkategorisasian yang dipakai, sebagai berikut
Tabel
5 Norma Penggolongan dan Batasan Nilai
No.
|
Kategori
|
Interval
Nilai
|
1.
2.
3.
|
Tinggi
Sedang
Rendah
|
Mean
+ 1 SD > X
Mean
– 1 SD < X < mean + 1 SD
X<
Mean – 1 SD
|
[1] John M. Echols
dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia. (Jakarta: Gramedia, 1996),
hlm. 482
[2] M. Ngalim
Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis
dan Praktis, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 182
[3] Menurut Amir
Daien Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasiona,
1973), hlm. 159
[4] Oemar
Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Bandung; Bumi Aksara, 2001), hlm. 158
[5] Wasty
Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Bina Aksara 1978), hlm. 199
[6] Tabrani
Rusyan, dkk. Pendekatan dalam proses Belajar Mengajar. (Bandung: CV
Remaja Rosdakarya, 1989), hlm. 95
[7] Heinz
Kock, Saya Guru Yang Baik, (Yogyakarta: Kanisius, 1991), hlm. 69
[8] Asri
Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005),
hlm. 20
[9] Oemar
Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Bandung: Bumi Aksara, 2005), hlm. 161
[10] M.
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2007), hlm. 74
[11] Wahid
Murni, “Cara Mudah Menulis Proposal dan Laporan Penelitian Lapangan”,
(Malang: UM Press, 2008), hlm. 41
Tidak ada komentar:
Posting Komentar